You are currently viewing The Wandering Earth 2: Film Sci-Fi Tiongkok yang Bikin Deg-degan Sejak Menit Pertama

The Wandering Earth 2: Film Sci-Fi Tiongkok yang Bikin Deg-degan Sejak Menit Pertama

Gue inget banget waktu nonton The Wandering Earth 2 pertama kali. Jujur ya, sebelumnya gue bukan fans berat film-film sci-fi dari Asia. Gue kira semua bakal seperti film-film bencana biasa, tapi ternyata dugaan gue meleset parah.

Dari menit pertama, Movies ini langsung ngegas. Nggak pake basa-basi, kita dikasih paparan dunia yang lagi krisis karena matahari bakal meledak. Yang bikin gue nganga, bukan cuma skenarionya yang besar, tapi gimana mereka ngemasnya — serius, ini bukan film asal efek CGI aja, tapi ada kedalaman emosional juga.

Gue sempet mikir, “Ini film buatan Tiongkok loh, kok bisa kayak gini ya skalanya?” Karena terus terang, visualnya tuh udah kayak Hollywood level, bahkan menurut gue lebih niat daripada beberapa film barat yang gue tonton di tahun yang sama.

Sinopsis The Wandering Earth 2: Ketika Bumi Harus Diangkut Keluar dari Tata Surya

The Wandering Earth 2': Andy Lau and Wu Jing to Star in Sci-Fi Sequel

Buat yang belum nonton, gue kasih spoiler tipis-tipis ya. Film ini prekuel dari The Wandering Earth pertama, dan diceritain sebelum proyek pengangkutan Bumi dimulai kompas.

Di sini kita dikenalin sama ide gila — literally gila, yaitu menggerakkan seluruh planet Bumi keluar dari orbitnya karena matahari sedang sekarat dan bakal meledak. Gila banget nggak tuh?

Tapi konfliknya bukan cuma soal teknologi dan tantangan luar angkasa, tapi juga tentang perdebatan etika. Ada dua kubu: satu mendukung “Proyek Penggerak Bumi” (Moving Earth Project), dan yang satunya lagi ngedukung “Proyek Digital Life” (memindahkan kesadaran manusia ke dunia digital).

Film ini ngasih kita drama politik, keluarga, sains yang berat tapi disederhanakan, dan tentu saja: ledakan-ledakan megah, stasiun luar angkasa, hingga momen yang bikin dada sesak.

Kenapa The Wandering Earth 2 Sangat Seru Ditonton?

Kalau lo tanya, “Kenapa harus nonton?” Gue bakal jawab: karena ini bukan sekadar film sci-fi. Ini adalah pengalaman emosional dan visual.

a. Skala Cerita yang Megah

Serius, coba pikir: lo lagi duduk di sofa sambil makan popcorn, dan di depan lo ada adegan penggerakan Bumi keluar dari orbitnya, pembangunan ribuan mesin raksasa, dan momen ketika roket diluncurkan dari dalam planet. Bukan dari permukaan, bro — dari DALAM bumi!

b. Karakter yang Relatable

Ada momen gue nangis (iya, nangis!). Bukan karena ledakan, tapi karena hubungan ayah-anak di film ini kuat banget. Gue juga ayah, dan gue kebayang kalau gue harus ninggalin anak gue demi menyelamatkan masa depan umat manusia. Berat, cuy.

c. Efek Visual yang Nggak Main-Main

Bukan CGI yang norak. Tapi CGI yang punya detail. Gue sempet pause (pas nonton ulang), dan liat gimana latar belakang kota-kota bawah tanah dibangun dengan detail gila. Kayak lo beneran lagi di tahun 2070.

Keunikan Film The Wandering Earth 2: Bukan Sekadar Sci-Fi

Salah satu keunikan film ini adalah berani ngasih premis yang ekstrem, tapi tetap grounded. Gue sempet mikir, “Masa iya sih Bumi bisa digerakin pake mesin raksasa?” Tapi ternyata secara teoritis, beberapa ide di film ini itu berdasar loh, setidaknya di ranah spekulatif ilmiah.

Selain itu, gue juga suka bagaimana film ini ngebahas peradaban dari sisi Timur, bukan dari perspektif barat yang biasa kita tonton. Ada filosofi Konfusianisme, rasa kebersamaan, dan pengorbanan kolektif — nilai-nilai yang biasanya nggak banyak dibahas di film sci-fi.

Dan jangan lupakan teknologi digitalisasi otak manusia. Gila ya, kayak ngasih kita pertanyaan: “Kalau lo bisa hidup abadi di dunia digital, tapi nggak punya tubuh, mau nggak?”

Tips Menonton The Wandering Earth 2 Biar Nggak Bingung

Gue kasih beberapa tips dari pengalaman pribadi, karena film ini tuh berat tapi memuaskan.

a. Tonton yang Pertama Dulu

Biar lo ngerti universe-nya. Emang ini prekuel, tapi The Wandering Earth 1 bakal bantu lo paham visi besar dari ceritanya. Apalagi soal karakter Liu Peiqiang.

b. Jangan Multitasking

Serius, ini bukan film yang bisa ditonton sambil masak mie. Banyak dialog penting yang harus lo cerna. Apalagi kalau nonton versi subtitled.

c. Pakai Speaker yang Bagus

Sound design-nya keren banget. Setiap gemuruh mesin penggerak bumi dan ledakan terasa mantap kalau lo pake speaker atau headset bagus. Bikin suasananya lebih hidup.

d. Pahami Tema Besarnya

Film ini bukan cuma soal menyelamatkan dunia, tapi juga soal apa itu hidup, apa itu keluarga, dan apa arti pengorbanan. Kalau lo masukin hati ke situ, dijamin film ini bakal nyangkut banget.

Pelajaran yang Gue Petik dari The Wandering Earth 2

Sebagus Apa Film 'The Wandering Earth 2'? Ketika Manusia Berjuang  Menyelamatkan Bumi dari Ancaman Matahari - Indozone Movie

Setelah nonton, jujur gue jadi mikir: “Apakah umat manusia bakal mampu bersatu kalau dunia benar-benar di ambang kehancuran?”

Di film ini, perbedaan negara nggak penting. Yang penting adalah bertahan. Gue jadi mikir, di dunia nyata kita sering banget ribut soal hal remeh, padahal kita punya masalah besar: lingkungan, energi, kesenjangan sosial. Film ini kayak ngingetin bahwa kolaborasi adalah kunci.

Gue juga belajar soal pengorbanan. Kadang kita terlalu egois dan lupa kalau banyak hal yang lebih besar dari diri sendiri. Gue belajar menghargai waktu sama keluarga, karena di film ini, waktu itu jadi sangat berharga — literally lo bisa kehilangan segalanya dalam satu misi gagal.

Perbandingan The Wandering Earth 2 dengan Film Sci-Fi Lain: Layak Disandingkan?

Gue tahu, pasti banyak dari kalian yang langsung mikir, “Apakah ini film bisa dibandingin sama Interstellar, Gravity, atau bahkan The Martian?” Gue juga mikir kayak gitu awalnya. Tapi pas nonton sampai akhir, jujur aja — ini bukan soal siapa lebih keren efeknya, tapi soal cara penyampaian cerita dan nilai-nilainya.

Misalnya, Interstellar punya kekuatan di ide tentang waktu dan cinta. Tapi The Wandering Earth 2 kuat di aspek pengorbanan kolektif dan krisis eksistensial manusia. Film barat sering banget ngasih pahlawan individualistik. Tapi di sini? Lo bakal liat pahlawan yang bahkan nggak dikasih spotlight, yang mungkin bahkan lo lupa namanya, tapi perannya gede banget. Itu unik menurut gue.

Kalau The Martian ngajarin kita soal survival, maka The Wandering Earth 2 ngajarin kita soal keberanian untuk gagal — dan terus coba lagi, meskipun kemungkinan berhasilnya 1 banding 1 juta.

Dan satu hal lagi: budaya timur kerasa banget. Bukan hanya dari bahasa dan wajah aktor, tapi cara pandang terhadap kematian, keluarga, dan kehormatan.

Reaksi Teman-Teman Gue Setelah Nonton: “Kok Bisa Sebagus Ini?”

Gue sempet ngajak dua temen lama nonton bareng (streaming, sih), dan reaksinya lucu banget. Mereka awalnya skeptis. Satu bilang, “Film Tiongkok gitu loh, paling juga over-acting dan terlalu banyak dramanya.” Tapi pas kelar nonton, dia diem lama… lalu keluar kalimat, “Buset, ini mah lebih dalem dari yang gue kira.”

Yang satu lagi malah langsung googling siapa sutradaranya dan studio pembuatnya. Katanya, “Gue mau ngikutin terus karya mereka. Ternyata bisa ya, bikin film level dunia dari Asia?”

Gue ngerasa seneng banget sih bisa ngenalin film kayak gini ke mereka. Rasanya kayak nemuin harta karun, lalu ngasih tau ke orang lain.

The Wandering Earth 2 Layak Banget Masuk Daftar Tontonan Wajib!

Kalau lo nyari film sci-fi yang bukan cuma jualan visual tapi juga punya makna mendalam, The Wandering Earth 2 adalah jawabannya. Gue nggak akan bilang ini film sempurna, ada beberapa bagian yang agak lambat atau terlalu teknikal, tapi justru itu yang bikin dia beda.

Film ini bukan hanya tontonan, tapi juga perenungan.

Kalau ada film Asia yang layak dibandingin sama Interstellar atau 2012, menurut gue ini dia.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Diversity on Screen: The Progress and Challenges in Hollywood Representation disini

Author