Waspadai Demam Tifoid: Penyakit Sepele yang Bisa Berakibat Fatal
Jika kamu pernah mendengar istilah tipes, sebenarnya itu adalah nama lain dari demam tifoid — penyakit infeksi yang masih sering terjadi di Indonesia hingga hari ini. Meski terdengar “biasa”, demam tifoid bukanlah penyakit sepele. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap apa itu demam tifoid, penyebab, gejala, cara penularan, hingga pencegahan yang efektif agar kita bisa lebih waspada.
Apa Itu Demam Tifoid?

Demam tifoid atau typhoid fever adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini biasanya menyerang saluran pencernaan dan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Tifoid tergolong penyakit menular yang erat kaitannya dengan kebersihan makanan, air, dan lingkungan.
Kasus tifoid lebih banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia, di mana sanitasi masih menjadi tantangan besar. Menurut data dari WHO, jutaan orang di seluruh dunia masih terinfeksi demam tifoid setiap tahunnya, dan sebagian besar kasus terjadi di Asia Tenggara Alodokter.
Penyebab dan Cara Penularan
Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses atau urine orang yang terinfeksi. Dengan kata lain, tifoid menular melalui jalur oral-fekal.
Berikut beberapa cara umum penularan demam tifoid:
-
Konsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih.
Misalnya, makan di warung yang tidak menjaga kebersihan alat makan, atau minum air mentah. -
Tidak mencuci tangan setelah dari toilet.
Kebiasaan kecil seperti ini ternyata berperan besar dalam penyebaran bakteri tifoid. -
Kontaminasi silang.
Misalnya, makanan yang sudah matang diletakkan di tempat yang sama dengan bahan mentah tanpa dibersihkan terlebih dahulu. -
Lingkungan dengan sanitasi buruk.
Tempat tinggal dengan pembuangan limbah yang tidak baik juga bisa menjadi sumber penyebaran tifoid.
Gejala Demam Tifoid yang Perlu Diwaspadai
Gejala tifoid tidak muncul secara langsung setelah bakteri masuk ke tubuh. Biasanya, masa inkubasi berlangsung 6–30 hari, tergantung daya tahan tubuh dan jumlah bakteri yang masuk.
Berikut beberapa gejala umum yang sering dialami penderita demam tifoid:
-
Demam tinggi yang naik perlahan-lahan.
Suhu tubuh bisa mencapai 39–40°C, biasanya meningkat pada sore hingga malam hari. -
Sakit kepala dan nyeri otot.
Rasa lelah berlebihan sering membuat penderita tampak lesu dan tidak bertenaga. -
Gangguan pencernaan.
Bisa berupa diare atau sembelit. Pada anak-anak, biasanya diare lebih sering terjadi, sementara orang dewasa bisa mengalami sembelit. -
Mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
Inilah alasan mengapa penderita tifoid sering kali mengalami penurunan berat badan. -
Perut terasa nyeri atau kembung.
Karena infeksi terjadi di usus, bagian perut akan terasa tidak nyaman. -
Ruam atau bintik merah di dada dan perut.
Walau tidak selalu muncul, ruam ini menjadi salah satu tanda khas tifoid.
Jika tidak segera diobati, gejala bisa semakin parah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti perdarahan usus atau kebocoran usus yang bisa mengancam nyawa.
Diagnosis Demam Tifoid
Untuk memastikan seseorang terkena demam tifoid, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik serta tes laboratorium.
Beberapa tes yang umum dilakukan antara lain:
-
Tes Widal, untuk mendeteksi antibodi terhadap Salmonella typhi dalam darah.
-
Tes Tubex TF, yang lebih akurat karena mendeteksi antigen bakteri langsung.
-
Kultur darah atau feses, untuk memastikan keberadaan bakteri penyebab penyakit.
Diagnosis yang cepat dan tepat sangat penting agar pengobatan dapat segera dimulai sebelum penyakit berkembang menjadi lebih berat.
Pengobatan Demam Tifoid

Demam tifoid dapat disembuhkan sepenuhnya jika ditangani dengan baik. Pengobatan biasanya melibatkan antibiotik, istirahat cukup, dan asupan cairan yang cukup.
Beberapa langkah pengobatan yang umum dilakukan:
-
Pemberian antibiotik.
Dokter akan meresepkan antibiotik seperti ciprofloxacin, azithromycin, atau ceftriaxone sesuai kondisi pasien. -
Menjaga asupan cairan.
Karena tifoid sering menyebabkan demam tinggi dan diare, tubuh mudah dehidrasi. Minum air putih atau oralit sangat disarankan. -
Istirahat total.
Tubuh membutuhkan waktu untuk pulih. Istirahat cukup membantu mempercepat proses penyembuhan. -
Makanan lunak dan mudah dicerna.
Hindari makanan pedas, berminyak, atau terlalu asam selama masa penyembuhan.
Dalam kasus berat, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan terapi cairan intravena dan pemantauan intensif.
Komplikasi yang Bisa Terjadi
Jika tidak diobati dengan benar, tifoid dapat menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti:
-
Perforasi usus (kebocoran usus)
Ini adalah komplikasi paling serius dan bisa menyebabkan infeksi menyebar ke seluruh tubuh (sepsis). -
Perdarahan usus
Ditandai dengan buang air besar berdarah dan penurunan tekanan darah. -
Infeksi pada organ lain
Seperti hati, ginjal, atau jantung.
Karena itu, penting untuk tidak menyepelekan gejala demam tinggi yang tak kunjung turun, terutama jika disertai gangguan pencernaan.
Pencegahan Demam Tifoid
Kabar baiknya, tifoid bisa dicegah! Pencegahan terutama berfokus pada kebersihan diri dan makanan. Berikut beberapa cara efektif:
-
Cuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet.
Gunakan sabun dan air mengalir, bukan hanya tisu basah. -
Konsumsi makanan matang sempurna.
Hindari makanan mentah seperti lalapan atau jajanan kaki lima yang tidak terjamin kebersihannya. -
Minum air yang sudah dimasak.
Hindari air mentah atau es batu yang tidak diketahui sumbernya. -
Vaksin tifoid.
Vaksin ini dapat memberikan perlindungan selama beberapa tahun, terutama bagi orang yang tinggal di daerah endemik. -
Jaga kebersihan lingkungan.
Pastikan pembuangan limbah dan sanitasi di sekitar rumah dalam kondisi baik.
Mengapa Demam Tifoid Masih Banyak di Indonesia?
Meski kesadaran masyarakat akan kesehatan meningkat, kasus tifoid masih sering ditemukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
-
Kebersihan makanan yang masih kurang, terutama di warung makan kaki lima.
-
Air minum yang belum sepenuhnya aman.
-
Masih banyak masyarakat yang mengabaikan pentingnya vaksinasi.
-
Kurangnya fasilitas sanitasi di beberapa wilayah.
Padahal, dengan langkah pencegahan sederhana seperti mencuci tangan dan memastikan makanan matang sempurna, penyebaran tifoid sebenarnya bisa ditekan secara signifikan.
Kesimpulan
Demam tifoid bukan sekadar penyakit “demam biasa”. Ia adalah infeksi serius yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani dengan tepat. Menjaga kebersihan makanan, mencuci tangan dengan benar, serta melakukan vaksinasi merupakan langkah pencegahan terbaik yang bisa kita lakukan.
Sebagai masyarakat yang hidup di daerah tropis dengan risiko tinggi, kita perlu lebih sadar akan pentingnya sanitasi dan pola hidup bersih. Karena mencegah selalu lebih baik — dan lebih murah — daripada mengobati.
